Sabtu, 28 Mei 2011

Menjelang Walimatul Ursy...

Rabbii, do'a ini tak henti kupanjatkan.. Betapa setiap aku berdiri disini, di penghujung jalan setapak ini, ketika bayang-bayang akan kelemahanku sebagai manusia Kau tunjukkan, ketika itu pula air mata bercucuran, menggenang dan membanjiri pelupuk mata..

Tanpa kuasa-Mu, aku tak bisa lakukan apapun, hingga aku sampai disini, di jalan yang tak pernah aku duga sebelumnya, bahkan satu tahun lalu, mungkin aku masih asyik dengan duniaku, menghabiskan masa-masa itu dengan riak tawa, kadang sedih, keras,terjal, ku lalui sendiri waktu itu..

Jika teringat masa itu, aku menangis rindu.. tapi syukur itu jauh lebih penting. Aku menatap dunia hari ini seperti yang pernah ku lihat dalam teater, seperti yang pernah kubaca dalam novel..

Ya Allah, kusadari betul ini adalah jalan yang Kau tunjukkan. Tak bisa ku tutup mata, Engkaulah yang menuntunku kesini, ke tempat ini.. pertemukan, pertemukan, ya Rabb..kami tinggal menghitung hari lagi..

Kamis, 26 Mei 2011
7:45 a.m.

Jumat, 20 Mei 2011

Jangan remehkan TEMPE

Di Jerman, Tempe Jadi Barang Mewah


Di kota Berlin, Jerman, yang sangat multikultur, mencari makanan Asia bukan perkara sulit. Misalnya saja di kawasan Wedding, yang merupakan salah satu kantung daerah imigran yang didominasi berbagai bangsa di Asia.

Toko-toko Turki dan Asia lainnya menjual berbagai bahan makanan sehari-hari yang serupa dengan yang biasa para imigran kenal di kampung halamannya. Ini obat kangen untuk mereka.

Toko Vinh Loi di Seestrasse, adalah toko yang tiap hari ramai kedatangan pembeli. Mereka kebanyakan orang Asia yang mencari cabai keriting, bayam, sampai kacang panjang. Selain itu banyak juga orang Jerman yang gemar berburu makanan Asia.

Tempe pun dijual di toko milik orang Vietnam ini. Namun jangan bayangkan harga tempe semurah di Indonesia. Satu tempe ukuran batu bata 400gr dibandrol 1,79 Euro atau setara Rp 28.319. Harga tempe di Jerman juga nyaris sama dengan sekilo paha ayam yang dibandrol 1,99 Euro.

Wuih, tentu saja beda jauh dengan harga tempe di Indonesia. Namun kalau sudah kangen, tetap dibeli juga.

“Habis mau bagaimana lagi, kangen mau masak kering tempe,” kata Fitriani (27) mahasiswi Indonesia di Berlin.

Impor adalah salah satu faktor kenapa bahan makanan Asia harganya lebih mahal.

Namun ternyata, tempe di Jerman tidak diimpor dari Indonesia. Jerman sudah membuat sendiri tempe mereka dengan nama yang sama: Tempe.

Tempe dibuat oleh perusahan lokal Jerman yaitu Natural Vegetarian Food b.v. Rupanya, hari ini bukan batik khas Indonesia saja yang sudah diproduksi oleh perusahaan tekstil lokal di Cina.

sumber http://cybertopeople.blogspot.com/2011/05/di-jerman-tempe-jadi-barang-mewah.html#ixzz1MuCo2MXZ
http://cybertopeople.blogspot.com/